Bedah Campaign IKEA ‘The Bookbook’ untuk Menghadirkan Humor dan Inovasi

Bedah Campaign IKEA ‘The Bookbook’ untuk Menghadirkan Humor dan Inovasi

Aug-11-2023

Admin

Inovasi tak jarang tercipta dari pernikahan antara kreativitas dan keberanian. Dalam dunia kampanye pemasaran, kemampuan untuk menghadirkan produk dengan cara yang tak terduga seringkali merupakan kunci untuk meraih perhatian serta memenangkan hati konsumen. Salah satu contoh gemilang dari pernikahan ini adalah kampanye “The Bookbook” yang dihadirkan oleh perusahaan furnitur global ternama, IKEA.

Dalam era di mana teknologi semakin canggih dan produk digital semakin mendominasi, kampanye pemasaran seringkali harus berupaya ekstra keras untuk meraih perhatian target audiens. Dan itulah yang mendasari IKEA dalam menciptakan kampanye yang unik, mengundang senyum, serta menjalin koneksi emosional dengan para konsumennya. Dengan mengusung konsep “The Bookbook,” IKEA tidak hanya menghadirkan produknya sebagai sekadar barang dagangan, tetapi lebih dari itu, sebagai simbol inovasi dan pengalaman.

Dalam artikel ini, Bithour akan melakukan bedah mendalam terhadap Campaign IKEA. Kita akan menyorot strategi di balik kampanye ini dan menggali esensi humor yang dihadirkan. Jadi, langsung saja mari simak pembahasan lengkapnya berikut ini.

Sejarah Brand Ikea

Sejarah panjang dan berpengaruh dari IKEA dimulai pada tahun 1943, ketika pendiri perusahaan, Ingvar Kamprad, masih berusia 17 tahun. Pada awalnya, bisnis ini dimulai sebagai usaha kecil-kecilan di pedesaan Swedia, di mana Kamprad menjual berbagai macam produk, mulai dari korek api hingga barang-barang kecil lainnya kepada tetangga-tetangganya.

Tidak lama kemudian, pada tahun 1948, Kamprad memutuskan untuk mengembangkan bisnisnya dengan fokus pada furnitur. Ia menyadari adanya peluang besar dalam industri furnitur yang saat itu lebih dikenal dengan harga mahal. Kamprad mengambil pendekatan yang revolusioner dengan menghadirkan furnitur siap rakit, sehingga konsumen dapat menghemat biaya pengiriman dan merakitnya sendiri. Ini adalah langkah pertama dalam menggambarkan filosofi IKEA yang terus berlanjut hingga saat ini.

Pada tahun 1956, IKEA meluncurkan tokonya yang pertama di Älmhult, Swedia. Toko ini adalah awal dari konsep “penyimpanan mandiri” yang memungkinkan pelanggan untuk menjelajahi produk dan mencatat sendiri kode produknya sebelum membayar. Kemudian, pada tahun 1959, IKEA meluncurkan logo ikoniknya yang tetap tidak berubah hingga sekarang, serta mulai mengenalkan konsep mebel datang dalam kemasan datar untuk lebih menghemat biaya.

Dengan cepat, IKEA mulai mengekspansi ke luar Swedia, membuka toko-toko di berbagai negara Eropa pada tahun 1960-an. Pada tahun 1980-an, perusahaan ini memasuki pasar Amerika Utara dan Asia dengan keberhasilan yang luar biasa, meskipun ada tantangan dan perubahan dalam strategi pemasaran yang perlu diatasi.

Tidak hanya dikenal dengan furnitur berkualitas dengan harga terjangkau, IKEA juga dikenal dengan pendekatan desainnya yang inovatif, sederhana, dan fungsional. Konsep “demokratisasi desain” menjadi pijakan penting dalam filosofi IKEA, di mana desain yang baik tidak hanya patut dimiliki oleh segelintir orang, tetapi dapat diakses oleh banyak orang.

Hingga saat ini, IKEA telah tumbuh menjadi salah satu merek global terkemuka dalam industri furnitur dan desain interior. Perjalanan panjangnya yang dimulai dari sebuah usaha kecil di desa hingga menjadi fenomena global merupakan bukti nyata dari visi dan dedikasi Ingvar Kamprad dalam menghadirkan inovasi, kualitas, dan harga terjangkau kepada seluruh dunia.

Campaign IKEA ‘The Bookbook’

Campaign IKEA 'The Bookbook'

Kampanye “The Bookbook” oleh IKEA merupakan suatu peristiwa penting yang meraih sorotan global dalam dunia pemasaran pada tahun 2014. Kampanye ini merupakan contoh klasik bagaimana perusahaan dapat menggabungkan elemen humor dan inovasi secara brilian untuk mengkomunikasikan pesan mereka kepada khalayak dengan cara yang menghibur dan mengesankan.

Idea di balik kampanye ini sangat sederhana namun brilian. Pada saat teknologi digital semakin merajalela, IKEA dengan berani memparodikan tren tersebut dengan menghadirkan “The Bookbook” – buku katalog tahunan mereka dalam bentuk perangkat elektronik yang mirip dengan produk-produk teknologi populer seperti smartphone. Dalam video kampanye yang dipersembahkan dengan gaya pengenalan produk teknologi baru, IKEA dengan serius memperkenalkan “The Bookbook” sebagai suatu perangkat yang luar biasa, lengkap dengan “gestur swipe” untuk berpindah halaman dan “baterai” yang tak perlu diisi ulang.

Humor dalam kampanye ini terletak pada kontras antara kompleksitas teknologi yang semakin canggih dengan sederhananya katalog fisik IKEA yang masih sangat relevan. Pesan yang disampaikan adalah bahwa meskipun dunia berkembang pesat dalam hal teknologi, ada nilai-nilai klasik dan daya tarik tak tertandingi dalam menyentuh, merasakan, dan berinteraksi dengan benda fisik seperti halnya katalog IKEA.

“The Bookbook” berhasil mencuri perhatian tidak hanya karena ide yang cerdas, tetapi juga karena eksekusinya yang mendetail dan tajam. Video kampanye tersebut dirancang dengan penuh perhatian terhadap setiap detail, menjadikannya karya yang menghibur dan sangat meyakinkan. Kampanye ini berhasil menyampaikan pesan tentang inovasi dan humor dengan sangat kuat, dan berhasil menciptakan kesan yang tak terlupakan bagi para penonton.

Melalui kampanye ini, IKEA mengajarkan kita bahwa sederhana tidak selalu berarti ketinggalan zaman. Mereka membuktikan bahwa dengan ide yang tepat, bahkan hal sederhana seperti buku katalog dapat dihadirkan dengan cara yang mengundang tawa dan membuat orang berpikir. “The Bookbook” telah menjadi bukti nyata bahwa humor yang cerdas dan inovasi yang terampil adalah kombinasi yang memikat dan berhasil meraih perhatian di tengah hiruk-pikuk dunia digital.

Strategi Campaign IKEA ‘The Bookbook’

Strategi Kampanye “The Bookbook” oleh IKEA mencakup beberapa elemen yang terpadu dengan cerdik, menggabungkan inovasi, humor, dan pesan inti merek. Berikut adalah beberapa strategi utama yang digunakan dalam kampanye ini:

1. Parodi Teknologi

Strategi pertama yang mencuat dalam kampanye “The Bookbook” oleh IKEA adalah penggunaan cerdik dari parodi teknologi. Pada saat di mana masyarakat semakin terhubung dengan perangkat-perangkat digital, IKEA dengan pandainya memanfaatkan tren ini untuk menciptakan dampak yang tak terlupakan. Mereka mengambil tren perangkat elektronik, terutama smartphone dan tablet yang sedang booming, dan menggambarkannya dalam konteks yang sangat tidak terduga: katalog fisik.

Melalui video promosi kampanye, IKEA mempersembahkan “The Bookbook” dengan serius seperti sebuah perangkat teknologi revolusioner. Pengenalan produk ini disajikan dengan bahasa teknis, gestur-gestur yang mirip seperti layar sentuh, dan bahkan penekanan pada fitur “baterai yang tak perlu diisi ulang.” Namun, pengungkapan mendalam selanjutnya mengungkapkan bahwa yang dihadirkan sebenarnya adalah buku katalog IKEA yang ikonik.

Strategi ini berhasil memancing tawa dan kekaguman dari audiens karena menciptakan kontras yang tajam antara kompleksitas teknologi modern dengan sederhananya katalog fisik. Parodi ini mengundang audiens untuk melihat katalog IKEA dengan mata yang baru, sebagai suatu bentuk inovasi yang unik dan sangat berbeda dengan perangkat teknologi yang dikenal saat itu. Dengan cara ini, strategi parodi teknologi dalam kampanye ini tidak hanya menghibur, tetapi juga secara efektif menggarisbawahi nilai klasik dan autentisitas dari produk IKEA.

2. Narrative and Storytelling

Strategi kedua yang memainkan peran penting dalam kampanye “The Bookbook” oleh IKEA adalah penggunaan narasi dan storytelling yang menarik. Kampanye ini berhasil menciptakan sebuah cerita yang mengundang perhatian dan membuat audiens terlibat dalam perjalanan cerita yang unik.

Dalam video kampanye, IKEA memulai dengan pendekatan serius dan rapi, seolah-olah akan memperkenalkan produk teknologi baru yang mengagumkan. Mereka mengadopsi gaya narasi yang biasanya digunakan dalam pengenalan produk teknologi revolusioner, menjelaskan dengan serius tentang fitur-fitur “The Bookbook.” Pada tahap ini, audiens terbawa oleh alur cerita yang berfokus pada inovasi dan kemajuan teknologi.

Namun, plot cerita tiba-tiba berbelok dengan twist yang mengejutkan. Pada saat yang tepat, kampanye mengungkapkan bahwa sebenarnya yang dihadirkan adalah buku katalog IKEA yang sederhana. Narasi ini berubah dari serius menjadi lucu, dan audiens menyadari bahwa mereka telah menjadi bagian dari suatu lelucon cerdas yang memainkan ekspektasi mereka.

Dengan cara ini, strategi narasi dan storytelling mengajak audiens dalam perjalanan emosional yang memikat. Mereka bergerak dari keterlibatan serius dan kekaguman awal terhadap fitur-fitur “The Bookbook” ke momen kejutan dan tawa saat lelucon terungkap. Narasi yang kuat ini membantu kampanye untuk menciptakan ikatan emosional dengan audiens, mengundang mereka untuk merasakan perubahan suasana dari yang serius menjadi santai dengan sentuhan humor.

Melalui penggunaan narasi dan storytelling yang cerdik, kampanye ini berhasil meraih perhatian secara mendalam dan membentuk ikatan yang kuat dengan audiens. Strategi ini membuktikan bahwa narasi yang kuat dan perubahan cerita yang tak terduga dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam mengkomunikasikan pesan merek dan memenangkan hati konsumen.

3. Humor dan Ironi

Strategi ketiga yang menjadikan kampanye “The Bookbook” oleh IKEA begitu menarik adalah penggunaan humor dan ironi dengan cerdik. Kampanye ini merangkul elemen humor sebagai alat untuk menarik perhatian, menciptakan keceriaan, dan menjalin ikatan emosional dengan audiens.

Pada awalnya, kampanye ini menggunakan bahasa dan gaya presentasi yang serius, mirip dengan pengenalan produk teknologi baru yang revolusioner. Namun, ketika fokus beralih ke “The Bookbook” yang sebenarnya, ironi mulai muncul. IKEA menyajikan buku katalog mereka seolah-olah itu adalah perangkat teknologi tinggi dengan fitur-fitur seperti “gestur swipe” dan “baterai yang tak perlu diisi ulang.”

Ironi yang dihadirkan di sini memicu gelombang tawa dari para penonton, karena konsep teknologi yang diterapkan pada katalog fisik yang sederhana sangatlah tidak terduga. Penggunaan bahasa teknis dalam gaya presentasi yang berlebihan menjadi pendorong utama humor dalam kampanye ini. Perasaan menghadapi sesuatu yang seharusnya sangat canggih dan modern, tetapi ternyata adalah hal yang sangat biasa, menciptakan efek komik yang mengundang senyum.

Melalui penggunaan humor dan ironi ini, kampanye “The Bookbook” berhasil membangun koneksi emosional dengan audiens. Humor adalah cara yang ampuh untuk meraih perhatian dan membuat pesan kampanye lebih mudah diingat. Ironi juga berfungsi untuk menyoroti perbedaan antara harapan dan realitas, menciptakan kontras yang menyegarkan dan menghibur.

Dengan memanfaatkan humor dan ironi dengan cerdik, kampanye ini berhasil menciptakan pengalaman yang berbeda dan tak terlupakan bagi audiens. Penggunaan elemen-elemen ini tidak hanya mengangkat semangat kampanye, tetapi juga menggambarkan merek IKEA sebagai pelopor dalam menciptakan kampanye yang menghibur, menggelitik, dan cerdas secara bersamaan.

Secara keseluruhan, kampanye “The Bookbook” berhasil karena berhasil menggabungkan humor, parodi, dan pesan inti merek secara harmonis. Strategi ini menghadirkan suatu bentuk inovasi yang menarik perhatian, serta memberikan pesan yang mengingatkan audiens tentang esensi dan nilai-nilai yang lebih dalam dari merek IKEA.

Rekomendasi Jasa Pembuatan Kampanye Marketing

Jika Anda juga ingin menciptakan kampanye marketing yang kuat dan berdampak bagi brand Anda, Bithour Production, selaku agency marketing profesional, siap membantu Anda. Dengan pengalaman dan keahlian kami, kami dapat membantu merancang kampanye marketing yang sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan perusahaan Anda.

Untuk itu, jika Anda tertarik dengan layanan kami, maka jangan ragu untuk menghubungi kami sekarang melalui link yang ada disini, dan bersama-sama kita dapat menciptakan kampanye marketing yang unik dan inovatif untuk brand Anda.

What’s your Reaction?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
Campaign Ikea Campaign IKEA 'The Bookbook' marketing brand ikea pemasaran brand ikea Strategi Campaign brand Ikea Strategi Campaign IKEA 'The Bookbook' Strategi Campaign The Bookbook strategi marketing ikea The Bookbook
By Admin

Saya seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi yang sedang mendalami bidang digital marketing, serta memiliki keahlian dalam menulis berbagai berbagai jenis konten di berbagai media sosial

Give us your Reaction!

book

BRAND'S IN 2024 (How to Ride the HottesT Trend)

Bikin campaign sampai burn out? Kelas ini jawaban buat lo! Speaker yang expert as BM dengan pengalaman 7 tahun di 3 idustri berbeda. Dapatkan diskon 50% yang akan kita kirim ke email lo (Free 3 pdf marketing hacks)